Poros Agama
Mengajak kepada kebaik an dan mencegah kemungkaran.
BANDARpost , Oleh: Imron Baehaqi
Bagi setiap individu Muslim mukalaf, mengajak kepada kebaik an dan mencegah kemung kar an (amar makruf nahi mungkar) hukumnya wajib. Secara teologis, ajaran ini diyakini sebagai bagian dari amal saleh yang paling istimewa karena yang mengerjakannya dijamin akan men dapatkan kemenangan dan kemuliaan.
Sebaliknya, mengabaikan prinsip ini atau membiarkan kemungkaran, apakah di lingkungan keluarga, unit kerja swasta, atau negara, maka niscaya akan mengakibatkan pelbagai kerusakan, bahkan menjadi penyebab turunnya laknat dan azab Allah SWT.
Seperti yang menimpa bani Israil. Mereka satu sama lain tidak melarang segala tindakan mungkar yang mereka perbuat (QS al-Maidah [5]: 78-79). Rasulul lah SAW pernah mengingat kan, jika terjadi kemaksiatan dalam suatu kaum tetapi mereka tidak mem berantasnya, padahal mampu melakukannya, maka dikhawatirkan Allah akan menurunkan siksa-Nya ke pada mereka semua (HR Abu Dawud).
Dalam bukunya, Minhaj al-Qashi din, Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi mengatakan, "Ketahuilah bahwa amar makruf nahi mungkar adalah poros yang paling agung dalam agama. Ia merupakan tugas penting yang karenanya Allah mengutus para nabi. Andaikan tugas ini ditiadakan maka tidak mustahil akan muncul kerusakan di mana-mana dan dunia akan hancur."
Akhir-akhir ini, masyarakat kembali diresahkan agenda sekelompok orang yang berusaha melegalkan minuman keras, lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Apa pun alasan nya, rencana melegalkan kemaksiatan ini jelas sebuah kemungkaran yang tidak dapat dibiarkan. Para tokoh agama, pemimpin, dan semua elemen masya rakat wajib mencegahnya.
Masyarakat pasti akan menolak keras upaya legalisasi tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan falsafah Pancasila ini. Negara melalui parlemen dituntut merumus kan dan me ngesah kan rancangan undang-undang tindak pidana bagi pelaku minuman keras dan LGBT ini. Untuk menjaga bangsa dan negara yang bermartabat dan ber kemajuan, amar makruf nahi mungkar adalah suatu keniscayaan. Lebih-lebih bagi para pemimpin Muslim yang memi liki kekuasan dan tanggung jawab, seyo gia nya memiliki keberanian dalam mengamalkan poros agama ini.
Rasulullah SAW mengingatkan, "Janganlah di antara kamu menghina kan dirinya." Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana seseorang menghinakan dirinya?" Beliau menja wab, "Ia melihat kemung karan tengah terjadi, tetapi ia diam saja. Lalu, Allah bertanya kepadanya, 'Apa yang meng ha langimu untuk mengatakan ini dan itu?' Ia menjawab, 'Karena saya takut kepada mereka.' Allah berkata, 'Aku lebih berhak untuk kamu takuti.'" (HR Abu Dawud). Wallahu al-Musta'an.
Sumber : Republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar