Wanita Non-muslim Pura-Pura Pakai Cadar, Dia Syok Mendapat Reaksi Seperti Ini
Sumber: eramuslim.com
BANDARpost, Di mall Itäkeskus di kota Helsinki, kota terbesar di negara Finlandia, seorang wanita menjadi pusat perhatian. Dia, dengan abaya hitam beserta cadar seolah menjadi pemandangan asing. Bagaimanapun, penampilannya memang bukanlah sesuatu yang lumrah di negara itu. Tak ada seorang pun yang tahu, bahwa dia bukanlah seorang muslimah, tapi seorang wartawati nonmuslim dari surat kabar Helsingin Sanomat, salah satu surat kabar ternama di Skandinavia.
Namanya Katja Kuokkanen. Dia sengaja berpura-pura mengenakan abaya lengkap dengan niqabnya, agar mengetahui secara langsung bagaimana respon orang-orang di sekitarnya yang masih asing dengan Islam. Dia ingin merasakan bagaimana menjadi orang yang ditakuti dengan tatapan aneh. Lalu, katja menuliskan pengalamannya seperti ini.
***
Niqab itu seringkali melorot dan menutupi mataku. Hingga suatu ketika, aku tersandung dan tanpa sengaja menubruk seorang laki-laki di sebuah toko barang-barang etnik. Laki-laki itu minta maaf dengan sikap acuh. Tapi, saat dia membalik badan dan melihat penampilanku--mengenakan abaya dan cadar--tiba-tiba dia minta maaf sekali lagi sambil sedikit membungkukan badan. Aku merasa tersentuh karena mendapat perlakuan terhormat semacam itu, dan belum pernah memperoleh hal tersebut sebelumnya.
Usai dari sana, aku ke stasiun metro dan menaiki metro oranye. Tiba-tiba seorang lelaki mabuk berteriak kepada tiga temannya, "Hei lihat! Itu salah satu pemandangan neraka."
Orang-orang memalingkan wajah dariku karena teriakan itu. Namun, beberapa saat kemudian seorang wanita menegurku, "Barang Anda terjatuh," ucapnya sambil menyerahkan sebuah jepit rambut. Aku tak bisa membalas apa-apa bahkan walau sekadar ucapan terima kasih, karena khawatir penyamaran akan terbongkar.
Di lain tempat, aku berjumpa dengan gadis Somalia yang bekerja di sebuah toko. Dia membantu membetulkan cadarku. Katanya, muslimah Helsinki sangat jarang berpenampilan sepertiku--mengenakan abaya dan cadar. Dia juga memberi saran agar tak mengenakan warna hitam, karena terkesan dramatis dan menarik banyak pandangan.
"Warna warni lebih bagus," ucapnya. Yah, aku mengerti maksudnya. Saat di mall, banyak orang memandangku dengan tatapan aneh dan takut. Bahkan, seorang anak muda hampir saja menumpahkan minuman kalengnya saat matanya berserobok denganku.
Lalu aku pergi ke daerah pasar yang terletak di lantai paling atas di mall Puhos. Di penyeberangan jalan aku berjumpa dengan seorang nenek tua asal Somalia. Dia menyapaku, "Assalamualaikum."
Ada rasa hangat yang menjalar di dalam hatiku. Entahlah, rasanya salam itu sangat menyentuh. Aku selalu mendengar ucapan tersebut di berbagai kesempatan. Setiap muslimah yang berpapasan denganku selalu mengucapkannya. Awalnya aku tak begitu paham, hingga akhirnya tahu, bahwa itu sebuah kalimat yang mengandung doa kesejahteraan dan keselamatan.
Adapula seorang lelaki yang tiba-tiba memanggilku saat di depan toko, "Hello! Hei! Tunggu!" Aku mengabaikannya. Kupikir, seorang muslimah taat sangat menjaga kemuliaannya dan tak menanggapi hal demikian.
***
Usai berkeliling beberapa jam, Katja memutuskan untuk kembali ke stasiun metro dan menuju Kamppi Center.
Selama perjalanan itu dia merenungi pengalamannya sepanjang hari saat mengenakan abaya dan cadar. Berpenampilan seperti itu di depan umum, tak seburuk yang orang pikirkan. "Sama sekali tidak buruk. Jika Anda memakainya, Anda akan merasakan kedamaian," tegasnya.
Sumber: eramuslim.com/wartawati menyamar
Sumber: eramuslim.com
BANDARpost, Di mall Itäkeskus di kota Helsinki, kota terbesar di negara Finlandia, seorang wanita menjadi pusat perhatian. Dia, dengan abaya hitam beserta cadar seolah menjadi pemandangan asing. Bagaimanapun, penampilannya memang bukanlah sesuatu yang lumrah di negara itu. Tak ada seorang pun yang tahu, bahwa dia bukanlah seorang muslimah, tapi seorang wartawati nonmuslim dari surat kabar Helsingin Sanomat, salah satu surat kabar ternama di Skandinavia.
Namanya Katja Kuokkanen. Dia sengaja berpura-pura mengenakan abaya lengkap dengan niqabnya, agar mengetahui secara langsung bagaimana respon orang-orang di sekitarnya yang masih asing dengan Islam. Dia ingin merasakan bagaimana menjadi orang yang ditakuti dengan tatapan aneh. Lalu, katja menuliskan pengalamannya seperti ini.
***
Niqab itu seringkali melorot dan menutupi mataku. Hingga suatu ketika, aku tersandung dan tanpa sengaja menubruk seorang laki-laki di sebuah toko barang-barang etnik. Laki-laki itu minta maaf dengan sikap acuh. Tapi, saat dia membalik badan dan melihat penampilanku--mengenakan abaya dan cadar--tiba-tiba dia minta maaf sekali lagi sambil sedikit membungkukan badan. Aku merasa tersentuh karena mendapat perlakuan terhormat semacam itu, dan belum pernah memperoleh hal tersebut sebelumnya.
Usai dari sana, aku ke stasiun metro dan menaiki metro oranye. Tiba-tiba seorang lelaki mabuk berteriak kepada tiga temannya, "Hei lihat! Itu salah satu pemandangan neraka."
Orang-orang memalingkan wajah dariku karena teriakan itu. Namun, beberapa saat kemudian seorang wanita menegurku, "Barang Anda terjatuh," ucapnya sambil menyerahkan sebuah jepit rambut. Aku tak bisa membalas apa-apa bahkan walau sekadar ucapan terima kasih, karena khawatir penyamaran akan terbongkar.
Di lain tempat, aku berjumpa dengan gadis Somalia yang bekerja di sebuah toko. Dia membantu membetulkan cadarku. Katanya, muslimah Helsinki sangat jarang berpenampilan sepertiku--mengenakan abaya dan cadar. Dia juga memberi saran agar tak mengenakan warna hitam, karena terkesan dramatis dan menarik banyak pandangan.
"Warna warni lebih bagus," ucapnya. Yah, aku mengerti maksudnya. Saat di mall, banyak orang memandangku dengan tatapan aneh dan takut. Bahkan, seorang anak muda hampir saja menumpahkan minuman kalengnya saat matanya berserobok denganku.
Lalu aku pergi ke daerah pasar yang terletak di lantai paling atas di mall Puhos. Di penyeberangan jalan aku berjumpa dengan seorang nenek tua asal Somalia. Dia menyapaku, "Assalamualaikum."
Ada rasa hangat yang menjalar di dalam hatiku. Entahlah, rasanya salam itu sangat menyentuh. Aku selalu mendengar ucapan tersebut di berbagai kesempatan. Setiap muslimah yang berpapasan denganku selalu mengucapkannya. Awalnya aku tak begitu paham, hingga akhirnya tahu, bahwa itu sebuah kalimat yang mengandung doa kesejahteraan dan keselamatan.
Adapula seorang lelaki yang tiba-tiba memanggilku saat di depan toko, "Hello! Hei! Tunggu!" Aku mengabaikannya. Kupikir, seorang muslimah taat sangat menjaga kemuliaannya dan tak menanggapi hal demikian.
***
Usai berkeliling beberapa jam, Katja memutuskan untuk kembali ke stasiun metro dan menuju Kamppi Center.
Selama perjalanan itu dia merenungi pengalamannya sepanjang hari saat mengenakan abaya dan cadar. Berpenampilan seperti itu di depan umum, tak seburuk yang orang pikirkan. "Sama sekali tidak buruk. Jika Anda memakainya, Anda akan merasakan kedamaian," tegasnya.
Sumber: eramuslim.com/wartawati menyamar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar