Gelar Pesta Syirik, Penyebab Gempa & Tsunami Di Palu?
Beberapa korban gempa dan tsunami dipalu menyatakan kekecewaannya pada ritual balia yang dihadirkan dalam festival tersebut. Warga menyebut salah satu adat suku Kaili itu sebagai penyebab terjadinya gempa Palu. Sejumlah di antara mereka menganggap ritual balia sebagai musyrik
Seperti yang diungkapkan Iki, warga Kelurahan Lere, Palu Barat. Dia mengaku kecewa dengan ritual balia yang sudah lama musnah tersebut, dan kembali dihidupkan dalam Festival Palu Nomoni di era kepemimpinan wali kota dan wakil wali kota, Hidayat-Sigit Said Purnomo alias Pasha Ungu
Warga lain bernama Mudar, menyatakan hal yang sama dengan Iki. Dia mengatakan sejak diadakan secara rutin setiap tahun mulai 2016, Palu Nomoni sering menghadirkan peristiwa alam.
Pada tahun 2016, lanjutnya, terjadi gempa di daerah Bora dan Sigi Biromaru. Kemudian, pada tahun 2017, terjadi angin kencang dan hujan deras di Talise. Sedangkan pada tahun 2018, terjadi gempa dan tsunami yang melanda tiga wilayah.
"Baru diadakan tiga kali dan selalu terjadi peristiwa ketika pembukaan Palu Nomoni," ujar Mudar. dikutip dari cnnindonesia.com (08/10/2018)
Festival Nomoni menyedot perhatian masyarakat persis ketika gempa Palu terjadi. Warga ketika itu berkumpul di Pantai Talise untuk menyaksikan pagelaran tersebut sebelum gempa dan tsunami meratakan kota. Menurutnya, ritual itu dilakukan karena masyarakat suku Kaili masih menganut animisme dan dinamisme kala itu sehingga masih percaya pada kekuatan roh nenek moyang.
"Setiap adakan sesuatu pasti harus ada sesajen, sama seperti masyarakat nusantara pada umumnya sebelum mengenal Islam," kata Andriansyah dikutip dari cnnindonesia.com (08/10/2018)
Sumber: cnnindonesia.com/nasional/protes-warga-palu-untuk-festival-nomoni-era-pasha-ungu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar