Strategi Politik, Demokrat Akhirnya Terima AHY Jadi Menteri? - BANDAR post

Hot

Rabu, 06 Juni 2018

Strategi Politik, Demokrat Akhirnya Terima AHY Jadi Menteri?

Strategi Politik, Demokrat Akhirnya Terima AHY Jadi Menteri?

 

BANDARpost, Posisi Demokrat untuk gelaran Pilpres 2019, saat ini masih belum jelas. Pertimbangan panjang mencari kubu koalisi masih terus dijajagi. Kesulitan Demokrat dalam menentukan pilihan koalisi disebabkan keinginan Demokrat yang ingin memunculkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) agar melenggang pada gelaran Pilpres 2019.

Agus Harimurti Yudhoyono / (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan.com)

Namun pengamat politik UIN Jakarta Adi Prayitno menilai, sebaiknya Demokrat lebih realistis melihat potensi AHY di Pilpres 2019 mendatang. Jangan memaksakan untuk nyapres. Pasalnya elektabilitas AHY di sejumlah survei selalu di bawah 10 persen. Menerima tawaran AHY sebagai menteri bisa dilakukan. Power sharing, jadi solusi bagus. Langkah ini juga merupakan strategi politik dalam memuluskan AHY ke depan, menyongsong Pilpres 2024. (kumparan.com, 6/6/2018).

AHY dan Jokowi / (Foto: Puti Cinintyas/kumparan.com-Biro Pers Setpres)

Sebelumnya, Demokrat pernah ditawari posisi menteri jika bergabung dengan koalisi keumatan. Namun Wasekjen Demokrat Rachlan Nashidik menekankan partainya tidak mengejar kursi kabinet. SBY pasti akan menolak tawaran jatah menteri sebagai iming-iming koalisi pilpress 2019. SBY disebut Rachland, adalah tokoh yang mengutamakan kepentingan negara dan rakyat daripada sekedar kursi kabinet. (news.detik.com, 4/6/2018).

Ketua Umum Partai Demokrat, SBY / (Foto: Robby Bernardi/detikcom)

Munculnya koalisi keumatan yang menyebut Gerindra, PKS, PAN dan PBB sebagai partai pengusung, memang membuat posisi Demokrat terpinggirkan. Walaupun belum dapat dipastikan akan terbentuk atau tidak koalisi ini. Namun paling tidak saat ini Demokrat seolah menjadi yatim piatu. Demokrat, yang disebut sebagai penentu poros ketiga, seakan mati langkah menjajagi koalisi.

Bagi Demokrat, mencari koalisi jadi pertaruhan antara idealisme yang mengutamakan kepentingan rakyat daripada kursi kabinet, dengan realita jika memaksakan mengusung AHY. Namun politik begitu dinamis dan tak terduga. Demokrat tentu tidak ingin menjadi penonton diantara kedua kubu koalisi. Pilihan tetap harus diputuskan. Manuver mengejutkan bisa saja diambil Demokrat.


Sumber :UC News 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar