Islam Abangan? Emang tak Boleh Berpolitik
Merdeka.com
BANDARpost, Artikel ini merupakan analisis dan penjabaran politik saja, tak bermaksud untuk menggurui, apalagi menyepelekan pihak-pihak terkait. Sekalian, tak berkeinginan untuk merubah pandangan pembaca.
Namanya politik, pasti dibarengi dengan sosok pelaku. Sehingga, kita sering dengar politikus kemudian menjelma menjadi politisi setelah kekuasaan diraih. Tapi, tak banyak orang kritis akan status dan latar belakang dari politikus tadi.
Dengan bersandar pada asumsi seperti di atas, maka dapat dipastikan bahwa publik sudah semestinya paham dan kenal secara detil akan figur yang menjadi pilihannya itu.
Sebagaimana dilansir situs CNNIndonesia.com, Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto menjawab santai atas tudingan 'muslim abangan'. "Mungkin Prabowo muslim abangan, tapi setia sama kalian (PKS). Dan Prabowo ikut menurunkan si itu," canda Prabowo sembari menyindir Pilkada DKI Jakarta 2017 pada Milad ke-20 PKS di Sentul, Bogor, Minggu (13/05/2018).
Pernyataan mantan Komandan Jenderal Kopassus tersebut merupakan respon terhadap cerita Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman, yang bercerita ada seorang duta besar mempertanyakan alasan PKS berkoalisi dengan Prabowo, yang notabene bukan muslim kalangan santri.
Balasan Prabowo yang tegas bahwa dirinya bukan berasal dari kalangan santri, tapi mampu berpolitik sehingga menjatuhkan pihak lawan adalah pernyataan politis. Sebab, dalam konteks perpolitikan saat ini sudah dapat dipastikan, dukungan publik merupakan satu keharusan jika ingin menguasai.
Sosok Prabowo adalah politisi sejati. Sehingga, dirinya tak perlu menjadi muslim sekelas kalangan santri, jika ingin berdialog politik dengan para tokoh, alim ulama serta santriwan-wati. Cukup melakukan pendekatan dan komunikasi politik untuk menyatukan persepsi dan pemahaman atas suatu masalah yang dihadapi.
Sudah dapat dipastikan, Prabowo mendapatkan sedikit banyak wejangan soal dunia keislaman dari para tokoh, kiai dan alim ulama yang dekat dengan dirinya. Selain, melakukan safari dan silarurahmi yang kerap kali dilakukan. Itu merupakan modal minimal dalam mengimbangi pembahasan persoalan agama, serta tak ketinggalan memohon doa restu.
Prabowo pun dipastikan bisa mengakomodir segala bentuk keinginan dan aspirasi dengan memetakan persoalan dengan dukungan para tokoh agama dan kader. Sehingga, nyata terlihat hubungan mesra politik terjalin antara Gerindra dan PKS hingga saat ini.
Meski diakui sebagai muslim abangan, Prabowo mengerti benar bahwa pemilih Indonesia berperilaku religius, sebab mayoritas muslim. Dengan kunci seperti itu, ia akan lebih mendekati para tokoh agama Islam serta pemilih muslim, ketimbang politikus sejati.
Akhirnya, kembali yang namanya politik selalu dikaitkan dengan dimensi pemilih. Tentu saja, mereka yang dapat menilai akan sosok idolanya jadi wakil aspirasi nanti baik di parlemen hingga pemerintahan. Jadi Anda punya hak, terserah pilihan masing-masing.
Sumber :UC News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar