Buletin Gelap Adu Domba Ulama Resahkan Bekasi
BANDARpost, BEKASI , Masyarakat Kota Bekasi dibuat resah dengan beredarnya buletin jumat bernama Qolbun Salim. Pasalnya buletin tersebut isinya menghina para ulama dan habib dengan sebutan Anjing.
Padahal kita ketahui sebuah buletin Jumat harusla ditulis dengan baik sehingga dakwah dengan tulisan itu bisa mengenai di hati masyarakat. Namun, jika sudah dengan tulisan menyebut nama binatang tentunya membuat umat muslim marah.
Gatot Prasetyo salah seorang saksi menemukan buletin ini setelah sholat jumat di Masjid Al Azhar, Jaka Permai.
"Masya Allah, namanya bagus buletinnya tapi isinya. Ini tadi dapat di Masjid Al Azhar," katanya.
Menurut Ketua MIUMI Kota Bekasi, Ustaz Wildan Hasan buletin tersebut tidak sesuai dengan namanya yaitu Qolbun Salim yang artinya hati yang sehat. Karena buletin tersebut bukannya membawa kebaikan dan kesehatan bagi pembaca tapi malah membuat emosi.
“Innalillahi itu isinya provokasi dan pelecehan tehadap ulama,” ujar Ustaz Wildan.
Bahkan, Ustaz Wildan menilai sang penulis tidak selamat dan sehat hatinya.
“Sepertinya hatinya penulisnya tidak selamat dan tidak sehat,” kata pria yang juga menjabat di Ketua I Persis Kota Bekasi ini.
Terlihat jelas dari bahasa dan pemilihat kalimat, kata Ustadz Wildan, tidak mencerminkan cita rasa ulama.
“Jika sang penulis adalah ulama atau ustadz bukanlah seperti itu,” ujarnya.
Menurut Ustadz Wildan Hasan buletin tersebut mendompleng buletin Islam agar seolah atas nama umat. Apalagi tidak ada susunan redaksi yang jelas pada buletin tersebut
“Berarti selebaran kaleng. Tidak bisa dipertanggungjawabkan isinya. Saya menduga selebaran itu dibuat menyikapi piagam Al Azhar yang menetapkan para ulama se-Bekasi raya mendukung salah satu paslon. Si pembuat selebaran dimungkinkan pendukung paslon lainnya,” katanya saat dihubungi Sabtu (26/5/2018).
Di kalangan umat Islam, kata Ustadz Wildan, memang ada yang anti politik tapi yang saya tahu bahasanya tidak akan seperti itu. Apalagi dalam tulisan tersebut menyudukan para ulama yang berpolitik. Padahal, kata Ustadz Wildan, ulama berpolitik itu wajib sesuai kemampuan dan kepentingannya.
“Karena Islam juga mengatur urusan politik dan kepemimpinan,” katanya.
Namun tidak semuanya harus berpolitik praktis. Mengarahkan umat agar memilih pemimpin yg baik dan benar adalah kewajiban ulama.
“Itulah politiknya ulama. Melarang-larang ulama berpolitik bahkan menistanya itu cara-cara kolonial. Saya kira selebaran itu kampanye hitam dan ujaran kebencian kepada ulama,” katanya.
Jika calon pemimpinnya sama-sama baik, sholeh dan amanah boleh saja para ulama netral.
“Tapi ulama akan berdosa kalau netral apabila jelas2 di antara dua atau lebih paslon ada calon pemimpin yang fajir. Buruk aqidahnya, akhlaqnya dll,” pungkasnya. (bil/)
Sumber : voa-islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar