Presiden PKS: Posisi Utang Indonesia sudah Tahap Waspada - BANDAR post

Hot

Rabu, 21 Maret 2018

Presiden PKS: Posisi Utang Indonesia sudah Tahap Waspada

Presiden PKS: Posisi Utang Indonesia sudah Tahap Waspada

10Berita, Posisi utang Indonesia yang hampir menembus angka Rp 5.000 Trilyun menimbulkan keprihatinan banyak pihak. Salah satunya Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mohamad Sohibul Iman, Ph.D.

Dalam akun twitternya @msi_Sohibuliman, pria lulusan S3 dari universitas ternama di Jepang itu, memberikan paparan lengkap soal kekhawatirannya terhadap jumlah utang yang terus membengkak.

1. Beberapa hari yang lalu, sy sempat ditanya oleh jurnalis tentang kondisi Utang Pemerintah saat ini. Sebelumnya, Menkeu menilai isu utang yg bergulir di publik sebagai isu yg dilebih-lebihkan dan cenderung menghasut publik. Sy kira itu respon yg kurang bijak.

2. Di negara demokrasi, perdebatan substantif ttg kebijakan publik sangat baik dilakukan. Utang pemerintah termasuk isu publik yg krusial. Dg kontestasi gagasan dan keterlibatan dialog dg masyarakat akan menjadikan kebijakan publik kt semakin berkualitas.

3. Isu utang terkait erat dg isu keadilan antar generasi. Siapa yg berhutang, siapa yg menanggung bebannya? Jgn sampai ada anggapan: yg berhutang ‘Zaman Old’ yg bayar ‘Zaman Now”? Generasi mendatang berhak dpt warisan ekonomi yg lebih baik

4. Dibawah kepemimpinan Presiden @jokowi jml utang pemerintah bertambah Rp1.430T yakni meningkat dr Rp2.604T (Des’2014) jd Rp4.034T (Feb’2018). Peningkatan tersebut setara dg penambahan jml utang pemerintah Presiden @SBYudhoyono selama 10 tahun (2004-2014)

5. Rasio utang thd PDB memang masih dlm batas yg diizinkan o/ UU. Tp rasio utang thd PBD trendnya meningkat dr 25% (2014) menjadi 29,2% (2017). Padahal periode seblmnya, rasio tsb berhasil turun signifikan dari angka 57% (2004) menjadi 25% (2014).

6. Yg patut diperhatikan jg adalah terkait laju pertumbuhan utang pemerintah (2014-2017) yg mencapai rata-rata 14% per th, yg mana ini jauh melampaui pertumbuhan ekonomi dan penerimaan negara yg masing2 hanya bs tumbuh 5% dan 4% per th-nya. Ini tdk baik!

7. Kesinambungan fiskal dr APBN kt jg bermasalah. Defisit keseimbangan primer (penerimaan negara dikurangi belanja negara diluar cicilan utang), cukup tinggi. Ini menunjukkan kemampuan bayar utang pemerintah buruk. Utang gagal jadi instrumen pembangunan.

8. Membengkaknya defisit keseimbangan primer jg bisa diartikan bahwa pemerintah mencetak utang baru buat melunasi utang lama yang sudah jatuh tempo. Gali lobang tutup lobang, begitu kata Bang Haji di salah satu lagunya.

9. Beban pembayaran cicilan utang terus meningkat setiap tahun. Th 2018-2019 cicilan utang pemerintah yg jatuh tempo mencapai Rp810T. Th 2018, pemerintah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) Rp414.5T dan pinjaman neto negatif Rp15.3T

10. Beban pembayaran cicilan utang ini semakin membebani APBN. Belanja negara tersedot untuk melunasi beban cicilan utang yg besar. Jk tidak ada koreksi, belanja lainnya spt pendidikan, kesehatan dan program2 kesejahteraan rakyat lainnya akan terkorbankan

11. Memperhatikan kondisi utang pemerintah saat ini, saya tdk sependapat jika pemerintah @jokowi membandingkan rasio utang RI dg Jepang. Itu perbandingan yg tdk apple to apple, perbandingan yg tidak tepat

12. Melihat utang itu aman atau tidak? sehat atau tidak? harus dilihat dr banyak sisi. Misal: fundamental ekonomi gimana?kemampuan bayar utangnya? rasio penerimaan pajaknya? rasio penerimaan ekspornya? suku bunganya? profil kepemilikannya? dll.

13. Rasio utang/PDB Jepang memang tinggi (>200%) tapi fundamental ekonominya tentu lbh mapan dibanding RI. PDB per kapita 10 kali lipat dr RI, AA-investment grade, industri lbh kompetitif, kinerja investasi dan ekspor jg lebih baik.

14. Pemerintah jgn hanya bandingkan rasio utang Jepang dg RI. Bandingkan jg rasio penerimaan pajaknya. RI hanya 10-11% sedangkan Jepang sudah di angka 30%. Jangankan dg Jepang, dibandingan dg negara-negara ASEAN saja, RI masih tertinggal.

15. Suku bunga di Jepang jg murah, nyaris NOL. Sedangkan di RI masih tinggi dan termasuk salah satu yg paling tinggi di Asia, sekitar 6-7%. Coba kita bandingkan dengan Vietnam, Malaysia dan Thailand yg yield obligasi-nya berkisar di angka 4%, 3% dan 2%.

16. Dari sisi kepemilikan, Surat Utang Jepang mayoritas dimiliki investor domestik dan Bank Sentralnya, hanya sekitar 10% yang dimiliki asing. Sedangkan RI, 80% utang dlm SBN (40% dimiliki oleh investor asing) dan 20% sisanya pinjaman LN dan DN.

17. Cukup tingginya kepemilikan asing di surat utang RI bs menjadikan pasar finansial RI rentan. Bebasnya arus modal masuk dan keluar akibat sentiment ekonomi global akan berisiko. Spt saat ini, Rp terdepresiasi tajam setelah arus modal asing keluar scr signifikan

18. Esensi kebijakan fiskal lewat APBN adl utk peningkatan kesejahteraan rakyat. Sayangnya inilah yg belum terwujud. Th 2017 jumlah penduduk miskin masih 26.6 juta jiwa (10.12%). Pengentasan kemiskinan berjalan sangat lambat. Stimulus fiskal tdk bekerja.

19. Ekonomi RI pun hanya mampu tumbuh di angka 5% padahal kt sedang dlm masa keemasan karena memperoleh bonus demografi. Di ASEAN bahkan kinerja pertumbuhan ekonomi RI tertinggal dari Vietnam yg mampu tumbuh sekitar 7% per tahun.

20. Fundamental ekonomi RI tdk cukup kokoh. Kredit perbankan sudah melambat. Daya beli pun menurun. Konsumsi rumah tangga stagnan. Indeks keyakinan konsumen pun juga menurun. Padahal 56% PDB ditopang oleh konsumsi.

21. Situasi ekonomi global semakin tdk menentu. Rencana kenaikan suku bunga The FED, ancaman krisis perbankan di Tiongkok, perang dagang Presiden AS Donald Trump, akan memberikan sentiment negative ke ekonomi domestik & kawasan.

22. Di tengah2 fundamental ekonomi domestik yang rapuh dan situasi ekonomi global yg tdk menentu, Pemerintah jgn merasa tdk ada masalah. Merasa aman-aman saja. Sy jd teringat kata2 dari Andy Grove CEO Intel Corp, “Only the paranoid survive!”. Hrs lbh waspada!

Sumber : Ngelmu.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar