Ketika Remaja Diajak “Ngompol”
Oleh: Suhaeni, SP., M.Si
(Dosen Tetap Unsika & Revowriter Karawang)
BANDARpost, Jika diajak ngomong politik, kira-kira apa yang ada di benak kamu? Wahai para remaja?
Takut, pusing, atau nyeremin?
Hmm, jangan takut ya kalo diajak NGOMPOL alias NGOmong POLitik. Karena remaja juga punya hak dan kewajiban juga lho untuk urusan politik. Jangan hanya sibuk dengan urusan sekolah, pacaran, hangout bareng temen, cekakak-cekikik gak jelas, galau dimedsos dan sebagainya. Hayoo, ada yang merasa?
Jika dibenakmu masih seperti itu, berarti ada yang salah. Jujur nih, kalo kamu kayak gini berarti kamu orangnya egois alias gak mau mikirin orang lain. Karena kamu disibukkan dengan urusanmu sendiri. Betul gak?
Politik disini bukan berarti urusannya dengan partai politik, lalu kamu nyalonin jadi anggota DPR atau sejenisnya. Bukan itu, Sobat! Itu hanya bagian kecil dalam aktivitas politik di negara kapitalis seperti yang kamu saksikan sekarang ini. Memang, kalo kita melihat definisi politik berdasarkan kacamata kapitalis-sekuleris pasti sangat menyebalkan dan membuat dada sesak. Terus, pandangan politik yang benar itu seperti apa? Yup, pandangan politik yang benar adalah berdasarkan pandangan islam.
Politik Dalam Pandangan Islam
Dalam kitab Mafahim Siyasiyah (Pemahaman politik Islam) dijelaskan bahwa politik itu adalah ri’ayatusy syu’unil ummah alias pengaturan urusan umat. Adapun pengaturan urusan umat itu tidak melulu tentang urusan pemerintahan seperti yang dipahami oleh kebanyakan orang saat ini. Melainkan didalamnya ada aspek ekonomi, pidana, sosial, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Bagaimana umat harus diurus? Tidak ada cara lain selain dengan menerapkan ISLAM secara menyeluruh dalam kehidupan.
Kalian pengen bukti? Nah, Islam telah memberikan gambaran yang utuh dalam masalah ini, bahkan sejarah memperlihatkan selama lebih dari 14 abad, kaum muslim hidup dengan menerapkan aturan Islam. Tidak pernah ada satu masa pun kaum muslimin hidup dengan aturan selain islam. Terkahir kaum muslimin hidup dalam naungan Islam adalah tahun 1924, tepatnya tanggal 3 Maret 1924. Saat itu, Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki diruntuhkan oleh Musthafa Kemal Attaturk. Nah, dialah mengeluarkan perintah untuk mengusir Khalifah Abdul Majid bin Abdul Aziz, khalifah terakhir kaum muslimin ke Swiss, dengan hanya berbekal koper pakaian dan secuil uang. Sebelumnya Kemal mengumukan bahwa Majelis Nasional Turki telah menyetujui penghapusan Khilafah. Sejak saat itulah sampai detik ini kita nggak punya lagi pemerintahan Islam. Ini tanggungjawab kita untuk menegakkan kembali, Sobat!
Imam Al-Ghazali berkata:
“Agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berpondasi niscaya akan roboh dan segala sesuatu yang tidak berpenjaga niscaya akan lenyap.” (dalam kitabnya al-iqtisadi fil I’tiqad hal. 99)
Secara realitas pun kehidupan kita akan selalu bersentuhan dengan politik. Betul? Coba perhatiin deh kita hidup di negeri ini dan diatur dengan sistem politik yang diterapkan saat ini. Kalo kita di dzolimi oleh penguasa apa kita harus diam saja? Maka mengoreksi penguasa adalah aktivitas politik. Aktivitas politik itu memerlukan kesadaran politik. Nah, bagaimana remaja bisa sadar, jika diajak ngomong politik saja takut.
Remaja Peduli Politik Demi Kebangkitan Hakiki
Wahai remaja, yuk kita mulai peduli politik!
Kebangkitan yang kita cita-citakan membutuhkan usaha yang serius dari kita semua sebagai kaum muslimin. Meski kamu masih remaja, bukan berarti nggak boleh serius. Justru seharusnya, masa remaja kamu gunakan untuk mengasah supaya bisa mempertajam kemampuan berpikir. Lebih khusus lagi kemampuan untuk berpikir islami.
Ada beberapa tahap yang bisa kita jadikan sebagai jalan untuk meniti kebangkitan yang hakiki. Menurut Ustadz Hafidz Shalih (dalam kitab an-Nahdhah, hlm. 132-155) ada beberapa tahap untuk menuju kebangkitan:
Pertama, setiap muslim kudu menyadari tugasnya sebagai pengemban dakwah. Allah Swt. berfirman: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.“ (QS an-Nahl [16]: 125)
Kedua, setiap muslim harus memahami Islam sebagai sebuah mabda, alias ideologi. Dengan begitu, kita bisa menjadikan Islam sebagai pedoman hidup kita. Islam bukan hanya mengatur urusan sholat, zakat, puasa aja, tapi sekaligus mengurusi masalah ekonomi, politik, pendidikan, hukum, peradilan, pemerintahan, dsb.
Ketiga, kita kudu berjuang menegakkan Islam.
Keempat, melakukan kontak pemikiran dengan masyarakat, nggak cuma diem doang. Sebarkan ide-ide Islam kepada mereka. Kalo ternyata timbul pro dan kontra, itu wajar. Rasulullah saw. saja pernah merasakannya. Tenang. Kita di jalur yang benar.
Kelima, harus jelas dalam berjuang. Artinya, kita kudu fokus dan membatasi mana yang pokok, dan mana yang cabang. Allah swt berfirman: “Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS Yusuf [12]: 108)
Keenam, harus berani melakukan shiraul fikriy (pertarungan pemikiran) dengan berbagai ide sesat yang ada di masyarakat. Misalnya, sampaikan bahwa demokrasi sesat, nasionalisme itu tercela, sekularisme adalah bagian dari kekufuran, perdukunan itu syirik, dan sebagainya.
Ketujuh, selalu meng-update perkembangan yang terjadi di masyarakat lalu berikan solusinya dengan ajaran Islam. Jangan hanya mengkritik tapi nihil solusi ya.
Kedelapan, kita harus bisa menunjukkan kelemahan dan kepalsuan sistem kufur yang tengah mengatur kehidupan masyarakat kita saat ini. Supaya mereka juga ngeh, bahwa selama ini ternyata hidup dalam lingkungan yang tidak islami. Itu sebabnya kita juga mengajak kaum muslimin untuk berjuang melanjutkan kehidupan Islam.
Wahai para remaja, mau bangkit dan berjuang kan? Apalagi untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Pahalanya besar, lho. Jadi, buruan sadar, pelajari Islam, kerjasama dalam dakwah dengan saudara kita yang lainnya, Jangan jadi remaja egois yang hanya mikirin urusan sendiri dan acuh terhadap permasalahan umat.
Rasulullah mengingatkan dalam sebuah hadits nya:
“Barang siapa bangun di waktu subuh (pagi), tidak memikirkan masalah kaum muslimin, maka dia bukan termasuk golongan umatku.” (HR. Ahmad).
Nah, lho…mau gak dianggap umat Rasulullah? Enggak kan?
So, kenapa remaja takut dan terkesan alergi ngomong politik? masalahnya sebenarnya ada pada “pembiasaan” saja. karena remaja kurang biasa dengar istilah politik islam, maka remaja jadi alergi politik. Betul?
Remaja lebih biasa hidup di alam sekuler yang serba instan dan melenakan, maka akhirnya menjauh dari pembahasan politik.
Lalu bagaimana agar biasa ngomong politik yang benar?
Hmm, tidak ada cara lain kecuali dengan menanamkan pemahaman yang benar tentang islam secara umum dan politik secara khusus. Maka pembinaan (tasqif) adalah sebuah keharusan dan harus dilakukan sekarang juga. So, masih takut ngomong politik?
Sumber : Dakwah media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar