Uighur Australia Ditahan China, Komunitas Muslim Desak Pemerintah Bersikap
Tampak luar pusat pendidikan keterampilan kejuruan untuk Muslim Uighur di Xianjiang, Cina, 4 September 2018. Pusat kejuruan ini merupakan salah satu kebijakan Cina untuk memerangi separatisme, radikalisme, serta terorisme, meskipun tanpa bukti yang jelas. Namun, aktivis HAM menilai tempat tersebut lebih mirip kamp konsentrasi zaman perang.| Thomas Peter/REUTERS
BANDARpost , Komunitas muslim Uighur di Australia kembali mendesak pemerintah agar mengambil tindakan terkait sejumlah penduduk permanen Australia yang terjebak di provinsi Xinjiang, China. The Guardian melaporkan sebanyak 17 warga Australia ditahan dalam tahanan rumah yang disebut pusat pendidikan keterampilan kejuruan untuk Muslim Uighur di wilayah Xinjiang atau oleh etnik Uighur disebut Turkistan Timur.
Mereka diduga ditahan saat perjalanan mengunjungi kerabatnya di China dan beberapa di antaranya memiliki anggota keluarga yang merupakan warga negara Australia.
“Segera saat mereka tiba, paspor mereka diambil karena mereka memegang paspor China, meski mereka memiliki status penduduk permanen (Australia),” papar Nurgul Sawut, aktivis Uighur Australia yang memberikan data pada The Guardian tentang 17 orang yang mengalami penahanan di Xinjiang.
“Kami tidak hanya bicara tentang 17 orang itu di Xinjiang. Kami bicara tentang anggota keluarga mereka di sini di Australia. Ada 17 keluarga yang hidupnya hancur. Mereka tak dapat melanjutkan pekerjaan mereka. Kesehatan mental mereka memburuk,” tutur Sawut.
Sumber lain juga menjelaskan kondisi tersebut.
“Ini tidak mengejutkan bagi kami. Komunitas kami mengatakan pada kami bahwa anggota keluarga mereka telah dalam masalah di Turkistan Timur sejak 2017,” ujar Nurmuhammad Majid, Presiden East Turkistan Australian Association (ETAA) atau Asosiasi Turkistan Timur Australia.
“Jumlah itu lebih dari 20 orang menurut perhitungan saya, termasuk beberapa anak kecil. Kami sangat khawatir dengan keselamatan dan kondisi mereka,” kata Majid pada Al Jazeera.
Sementara itu Departemen Luar Negeri Australia menyatakan pihaknya tidak tahu jika ada warga Australia yang ditahan di Xinjiang.
“Kami mengetahui ada sejumlah kasus di mana keluarga dan teman di Australia tak dapat menghubungi individu yang melakukan perjalanan ke Xinjiang,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Australia.
“Dalam beberapa kasus, individu itu memiliki koneksi Australia seperti penduduk permanen atau visa pasangan. Di mana anggota keluarga Australia meminta kami melakukan sesuatu, kami telah meminta keterangan pada otoritas China terkait keberadaan individu-individu itu,” papar juru bicara itu.
Diperkirakan 600 keluarga Uighur tinggal di Australia, dengan total populasi mencapai 3.000 orang.
“Beberapa Uighur mengeluarkan ratusan ribu dolar untuk mendapat status penduduk permanen,” kata Majid.[]
Sumber : AKURAT.CO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar