Tol Trans Jawa Disebut Mematikan Ribuan Mata Pencaharian Warga Pantura - BANDAR post

Hot

Rabu, 20 Februari 2019

Tol Trans Jawa Disebut Mematikan Ribuan Mata Pencaharian Warga Pantura

Tol Trans Jawa Disebut Mematikan Ribuan Mata Pencaharian Warga Pantura



Jalur Pantura Indramayu

BANDARpost  JAKARTA – Pembangunan jalan bebas hambatan tol Trans Jawa justru dianggap mematikan ribuan mata pencaharian warga di Jalur Pantura dari Indramayu Jawa Barat hingga Pekalongan Jawa Tengah.

Setelah ribuan sopir angkutan barang memprotes tarif tol tran Jawa dianggap mahal hingga harus mengeluarkan jutaan rupiah, kini protes datang dari ribuan masyarakat Pantai Utara (pantai utara) yang biasa berjualan di sepanjang jalan hingga pedagang batik Pekalongan.

Warga yang selama ini berjualan bawang merah, mangga, telur asin, rumah makan, dan masih banyak lagi jenis usaha lainnya mengaku penghasilannya turun antara 50-70 persen lantaran sepinya kendaraan mobil pribadi maupun sopir bus melintas di Jalur Pantura.

Begitu halnya dengan pengrajin batik di sekitar Pekalongan dan Jawa Tengah lainnya pendapatannya menurun signifikan.

“Sudah hampir satu bulan dagangan saya nyaris tidak ada yang beli. Biasanya selalu rame dikunjungi orang yang berpegian maupun balik ke Jakarta guna membeli oleh-oleh,” tutur Sholeh warga Brebes.

Banyak jenis makanan dan buah-buahan seperti telur asin, mangga Indramayu, bawang merah dan lainnya yang dijajakan warga kepada pengendara mobil yang melintas di jalur pantura.



Namun sejak tol trans Jawa diresmikan kendaraan pribadi tidak lagi lewat jalan pantura dan memilih jalan tol yang baru.

Keluhan juga dilontarkan Heru pemilik rumah makan sate dan warteg. Biasanya bis banyak parkir berhenti di rumah makannya dengan membawa ratusan penumpang singgah makan di warungnya.

Namun sekarang sudah hampir tidak ada sama sekali. Padahal dia memiliki 20 karyawan yang biasa melayani penumpang bis.

“Kalau begini terus saya kehilangan pendapatan yang tidak sedikit dan akan memberhentikan seluruh karyawan saya karena sudah tidak ada lagi yang makan,” akunya.”Kalaupun ada sopir truk yang tidak mau masuk tol baru karena mahalnya tarif tol. Di sepanjang Pantura ada ratusan warung makan.”

Keluhan juga terucap dari pengrajin dan penjual batik Pekalongan. “Saya nggak habis pikir kepada pemerintah, ternyata pimpinannya hanya memperhatikan orang kaya saja tapi tidak melihat bagaimana dampaknya dengan pembangunan jalan tol yang sekang,” curhat Edy pedagang barik Pekalongan.

Sejumlah sopir bus malam membenarkan mereka tidak lagi melintas di Jalan Pantura dikarenakan dengan adanya tol trans Jawa makan bisa menghemat waktu lebih cepat meskipun harus ngeluarin biaya tol yang cukup besar hampir satu juta rupiah mulai masuk tol dalam kota sampai akhir trans Jawa.

“Untungnya semua biasa uang tol dapat ganti sama bos pemilik bis. Kalau suruh bayar sendiri yang kita mau dapat uang apa.” Tutur Sugi sopir bis malam. (dwi/b)

Sumber : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar