Kicauan Dubes Saudi Tak Salah, Tema Reuni 212 Memang Terkait Pembakaran Bendera Tauhid
BANDARpost Jakarta – Kicauan Duta Besar Arab Saudi yang mengaitkan pembakaran bendera tauhid dengan acara Reuni 212 tak salah. Panitia menyebut justru peristiwa itu yang melatarbelakangi pemilihan tema acara di Monumen Nasional (Monas) pada 2 Desember lalu.
Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osamah Al Shaibi membuat cuitan di Twitter terkait Reuni 212. Melalui akun pribadinya @Os_alshuibi dia mengatakan, “jutaan massa berkumpul untuk persatuan Islam, menolak pembakaran bendera tauhid dari salah satu organisasi menyimpang beberapa bulan yang lalu.” Kini kicauan itu telah dihapus oleh pemiliknya.
Kicauan tersebut menuai protes dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), yang menyatakan pernyataan Osamah telah mencampuri urusan politik dalam negeri Indonesia. Sementara, Gerakan Pemuda (GP) Ansor mengecam dan menyerukan agar duta besar Arab Saudi diusir.
Sementara itu, panitia Reuni 212 menilai tak ada yang salah dengan kicauan Dubes Osamah. “Ya nggak salah, dia (Osamah) nggakada yang salah,” kata Ketua Panitia Reuni Akbar 212 Ustaz Bernard Abdul Jabbar kepada Kiblat, Jumat (08/12/2018).
Menurutnya, kebanyakan warga muslim di Arab Saudi memahami bahwa bendera tauhid adalah bagian kehormatan Islam. Maka, lanjut Ustaz Bernard, siapapun yang membakar, menginjak-injak, dan menghinakannya maka itu adalah perbuatan orang-orang yang sesat.
Dia menambahkan pembakaran bendera tauhid memang menimbulkan keresahan tersendiri bagi kaum muslim. Pembakaran bendera laailaaha illallah muhammadu rasullullah merupakan penghinaan terhadap umat Islam.
“Walaupun mereka mengatakan itu bukan bendera tauhid melainkan itu bendera ormas, tapi bagi kami terutama khususnya umat Islam ini merasa terhinakan dengan adanya bendera tauhid, arrayah rasulullah dibakar,” ungkap Ustaz Bernard.
“Sehingga kami ambil tema reuni ini adalah Membela Kalimat Tauhid Demi Kejayaan NKRI, artinya bela bendera tauhid, liwa’, dan arrayah Rasul. Kita wajib untuk membelanya dan ini merupakan bagian dari kegiatan reuni karena itu tema yang kita ambil,” tegasnya.
Ustaz Bernard lantas mempertanyakan adanya protes yang dilayangkan terhadap Osamah. Pasalnya, selama ini PBNU dan GP Ansor menganggap bendera yang dibakar adalah bendera ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
“Kalau memang yang dibakar itu katanya bukan bendera tauhid melainkan bendera ormas, lha ngapain mereka marah ketika Osamah menyebut bendera tauhid?” tandas Ustaz Bernard.
Sumber: Kiblat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar