jawapos.com
BANDARpost, Buntut dari pembakaran bendera tauhid atau panji Rasulullah SAW, justru membuat umat muslim tergerak hati untuk menunjukkan kecintaan kepada kalimat tauhid tersebut. Sebagian besar umat muslim seakan tak rela, jika kalimat yang menjadi napas kehidupan hingga sampai menuju liang kubur tersebut dilecehkan, dengan alasan tak masuk akal.
Aksi bela kalimat tauhid spontan digelar di berbagai daerah. Ribuan umat muslim menyemut menggelar long march dengan membentangkan dan mengibarkan panji dan bendera Rasulullah SAW, Ar Rayah serta Al Liwa. Semua bergerak, karena 'asap' dari insiden pembakaran kalimat tauhid oleh oknum Banser begitu menyesakkan.

gosumbar.com
Di Bogor, Aliansi Umat Islam Pembela Tauhid Bogor dan Forum Muslim Bogor mengelar aksi pelaporan ke Kantor Kepolisian Resor Bogor Kota, Bogor, Jawa Barat, Selasa, 23 Oktober 2018 siang. Usai salat Zuhur, dari Masjid Raya Bogor massa melanjutkan long march menuju Jalan Kapten Muslihat, mengelilingi jalan sekitar Istana Bogor. Spanduk bertuliskan: "Forum Aswaja Bogor Melaporkan Pembakaran Kalimat Tauhid", turut terbentang bersama kibaran ratusan atribut Ar Rayah dan Al Liwa.
Di Banten, aksi akan dilakukan pada hari ini Rabu (24/10/2018) yang rencananya akan diikuti Forum Persaudaraan Ummat Islam Banten (FPUIB) yang terdiri dari berbagai ormas dan pesantren. Dalam aksi ini sejumlah pesantren disebut sudah memastikan kehadirannya, di antaranya Ponpes Al Islam, Ponpes Ardaniyah, Ponpes Sabilurrahman, dan Ponpes Nurul Bantany. Mereka kecewa, kalimat tauhid merupakan kalimat sakral bukan untuk main-main.

sulselsatu.com
Selain itu, sebelumnya di Garut dan di Solo, ribuan massa juga menentang aksi pembakaran yang dilakukan Banser. Semua menuntut agar hukum bisa adil dalam menangani kasus ini. Salah seorang peserta aksi di Solo, menyatakan semua muslim sangat terluka dengan insiden pembakaran kalimat tauhid. Ia juga menyampaikan pesan kepada pihak Banser, untuk segera meminta maaf. Tak hanya itu, umat muslim meminta agar semua pengurus dan anggota Banser mengevakuasi, menata, membina para anggota dengan lebih baik dan berakhlaqul karimah.
"Agar menghargai ukhuwah dengan benar, sebagaimana kami sesama ahlussunnah selalu melakukan hal itu kepada saudara kami, Banser dan NU," ujar salah seorang ketua aksi.
Ini bisa dijadikan hikmah, tak ada gunanya menyulut perpecahan tetapi malah lempar batu sembunyi tangan. Merasa paling toleran dan menuduh pihak lain radikal, pada kenyataannya siapa yang justru intoleran dan berbuat radikal?
sumber: viva.co.id, cnn.com