Demo Anti-China Merebak di Vietnam, 100 Orang Lebih Ditahan
BANDARpost , Binh Thuan – Polisi Vietnam menahan 102 orang di tengah aksi protes terhadap rencana pembentukan zona ekonomi khusus (SEZ) yang dikhawatirkan akan didominasi oleh investor China.
Undang-undang yang dibahas di parlemen memungkinkan investor asing dapat menyewa lahan di tanah SEZ selama 99 tahun. Pemilihan parlemen akan dilakukan pekan ini, namun ditunda untuk meredakan aksi protes.
Ketua parlemen, Nguyen Thi Kim Ngan, mengatakan bahwa pendapat orang akan selalu “didengar”. Sementara kedutaan China di Hanoi telah memperingatkan warganya untuk berhati-hati.
Para demonstran telah berkumpul di berbagai bagian negara selama akhir pekan, termasuk pusat kota besar di Hanoi dan Ho Chi Minh City. Mereka membawa spanduk anti-Cina, di antaranya: “Tidak menyewakan tanah ke China, sekalipun untuk satu hari.”
Protes di kota-kota dengan cepat ditekan, tetapi pihak berwenang menghadapi kemarahan publik yang lebih besar di Binh Thuan. Para demonstran melemparkan batu, memaksa penumpang kendaraan umum untuk turun, dan dengan cepat menduduki markas pemerintah daerah. Media pemerintah mengatakan puluhan petugas polisi terluka.
Pada hari Senin (11/06/2018), polisi membentuk barikade dengan tameng di jalan-jalan. Sejumlah ledakan terdengar ketika gas air mata ditembakkan ke kerumunan massa. Mobil-mobil pemadam kebakaran menyerang para demonstran, sementara polisi anti huru-hara dilaporkan telah membentuk pertahanan dengan tameng.
Mengapa Zona Ekonomi Menjadi Kontroversial?
RUU ini menawarkan perusahaan asing kesempatan besar dan memberikan batasan yang sedikit di tanah yang disediakan. Pemerintah komunis Vietnam berharap kebijakan itu dapat mendorong pertumbuhan di wilayah.
Para demonstran menduga bahwa pemerintah akan memberikan sewa kepada investor China di tiga zona ekonomi; di timur laut, tenggara dan barat daya negara itu. Ini akan memungkinkan kontrol Cina atas tanah Vietnam.
Di Binh Thuan, sentimen anti-Cina dikombinasikan dengan kemarahan yang mendidih atas polusi industri dan sengketa tanah. Demonstran juga keberatan dengan RUU keamanan cyber, yang dijadwalkan akan diketok palu pada 12 Juni. RUU ini juga mendapat sorotan dari Human Rights Watch karena dapat membungkam kebebasan pedapat.
Mengapa Warga Marah terhadap China?
China yang pernah menjajah Vietnam, kedua negara itu berperang di perbatasan kurang dari 40 tahun yang lalu. Vietnam menentang kontrol China atas sejumlah pulau di Laut Cina Selatan.
Karen hal ini, para pemimpin Vietnam harus selalu menginjak garis halus; antara mempertahankan hubungan dengan tetangga kuat mereka atau menghindar untuk memancing sentimen anti-China.
Perdagangan global senilai $ 5 trilyun melewati Laut Cina Selatan setiap tahun, sejumlah negara mengklaim pulau yang disengketakan di sana. Vietnam telah melihat protes atas sengketa maritim dalam beberapa tahun terakhir, termasuk pada tahun 2014, ketika ribuan warga China melarikan diri dari negara itu setelah kekerasan yang menargetkan bisnis milik asing.
Sumber :Kiblat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar