Jika Tidak Bisa Menyejukkan, Lebih Baik Diam, Pak!
www.merdeka.com
BANDARpost, Betul sekali apa pesan agama kita. Jika tidak bisa berucap baik, lebih baik diam. Itu adalah pilihan terbaik. Karena lidah ibarat pedang yang kapan saja bisa menyayat. Sengaja atau tanpa sengaja. Itu kenapa kontrol diri atas gerak lidah sangat penting. Bukan saja karena bisa menyakiti yang lain, tapi juga menjaga wibawa diri.
Apalagi bicara soal pilpres 2019 nanti. Mencekam? Bisa dibilang begitu. Tapi kita tidak perlulah anti dan jijik dengan dunia politik. Meski bagaimana pun, kalangan muda sudah seharusnya menjadi bagian yang melek politik. Memiliki pandangan sendiri yang nantinya mencerahkan bangsa sebagai penerima tongkat estafet berikutnya.
Saling sikut saling fitnah, seharusnya tidak perlu sampai ada, kalau saja semua pihak bisa menahan diri dan saling menghargai. Bahwa yang benar adalah benar dan yang salah tidak dapat dibenarkan. Fair. Adil.
http://www.salampapua.com
Beberapa waktu lalu, politisi dari partai beringin yang sekaligus Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Ali Mochtar Ngabalin justru membuat sebuah pernyataan di muka publik yang menjadi sorotan banyak pihak.
Membawa-bawa nama alumni Universitas Indonesia dalam memberi dukungan pada Jokowi untuk 2019 nanti, akhirnya Ali dikecam alumni UI.
https://i.ytimg.com/vi/Ps-BTx7vXRM/hqdefault.jpg
Alumni UI Lintas Generasi, melalui akun @Panca66 memberi pernyataan:
Meminta nama Universitas Indonesia tidak digunakan oleh Ali Mochtar Ngabalin dan kawan-kawan untuk dijual dan tidak untuk memberikan dukungan pada pihak mana pun dalam pilpres 2019. Dikutip dari Viva.co.id.
Ditambah, bukan hanya mengatasnamakan alumni UI memberi dukungan pada Jokowi, menurut mereka, apa yang dilakukan Ngabalin juga memicu perpecahan bangsa.
Menuntut Rektor Universitas Indonesia untuk memberikan teguran keras dan tertulis kepada Ali Mochtar Ngabalin dkk atas penggunaan nama Universitas Indonesia dalam video “Lanjutkan, Lawan, Libas” yang beredar di media sosial, yang bersifat mengadu domba anak bangsa.
“Lanjutkan, lawan, libas”, amat jelas maknanya. Tidak heran pihak alumni UI meminta hal ini menjadi perhatian yang serius. Karena, pesta demokrasi seharusnya menjadi wadah masyarakat menyalurkan aspirasi dan belajar berdemokrasi. Bukan soal melawan siapa yang menghadang. Tapi tunjukkanlah sikap kesatria. Tanpa jatuhkan lawan.(Desti Anggraini Nor)
Sumber : UC News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar